29 Agustus 2009

Merayakan Maulid Nabi SAW

Merayakan Maulid Nabi SAW

Memang Rasulullah SAW tidak pernah melakukan seremoni peringatan hari lahirnya. Kita belum pernah menjumpai suatu hadits/nash yang menerangkan bahwa pada setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal (sebagian ahli sejarah mengatakan 9 Rabiul Awwal), Rasulullah SAW mengadakan upacara peringatan hari kelahirannya. Bahkan ketika beliau sudah wafat, kita belum pernah mendapati para shahabat r.a. melakukannya. Tidak juga para tabi`in dan tabi`it tabi`in.

Menurut Imam As-Suyuthi, tercatat sebagai raja pertama yang memperingati hari kelahiran Rasulullah saw ini dengan perayaan yang meriah luar biasa adalah Raja Al-Mudhaffar Abu Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (l. 549 H. - w.630 H.). Tidak kurang dari 300.000 dinar beliau keluarkan dengan ikhlas untuk bersedekah pada hari peringatan maulid ini. Intinya menghimpun semangat juang dengan membacakan syi’ir dan karya sastra yang menceritakan kisah kelahiran Rasulullah SAW.

Di antara karya yang paling terkenal adalah karya Syeikh Al-Barzanji yang menampilkan riwayat kelahiran Nabi SAW dalam bentuk natsar (prosa) dan nazham (puisi). Saking populernya, sehingga karya seni Barzanji ini hingga hari ini masih sering kita dengar dibacakan dalam seremoni peringatan maulid Nabi SAW.

Maka sejak itu ada tradisi memperingati hari kelahiran Nabi SAW di banyak negeri Islam. Inti acaranya sebenarnya lebih kepada pembacaan sajak dan syi`ir peristiwa kelahiran Rasulullah SAW untuk menghidupkan semangat juang dan persatuan umat Islam dalam menghadapi gempuran musuh. Lalu bentuk acaranya semakin berkembang dan bervariasi.

Di Indonesia, terutama di pesantren, para kyai dulunya hanya membacakan syi’ir dan sajak-sajak itu, tanpa diisi dengan ceramah. Namun kemudian ada muncul ide untuk memanfaatkan momentum tradisi maulid Nabi SAW yang sudah melekat di masyarakat ini sebagai media dakwah dan pengajaran Islam. Akhirnya ceramah maulid menjadi salah satu inti acara yang harus ada, demikian juga atraksi murid pesantren. Bahkan sebagian organisasi Islam telah mencoba memanfaatkan momentum itu tidak sebatas seremoni dan haflah belaka, tetapi juga untuk melakukan amal-amal kebajikan seperti bakti sosial, santunan kepada fakir miskin, pameran produk Islam, pentas seni dan kegiatan lain yang lebih menyentuh persoalan masyarakat.

Kembali kepada hukum merayakan maulid Nabi SAW, apakah termasuk bid`ah atau bukan?

Memang secara umum para ulama salaf menganggap perbuatan ini termasuk bid`ah. Karena tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah saw dan tidak pernah dicontohkan oleh para shahabat seperti perayaan tetapi termasuk bid’ah hasanah (sesuatu yang baik), Seperti Rasulullah SAW merayakan kelahiran dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap hari kelahirannya, yaitu setia hari Senin Nabi SAW berpuasa untuk mensyukuri kelahiran dan awal penerimaan wahyunya.

عَنْ أَبِيْ قَتَادَةَ الأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الْإِثْنَيْنِ فَقَالَ” : فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ . رواه مسلم

م

“Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.” (H.R. Muslim)

Kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Allah SWT berfirman:

قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ



“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’ ” (QS.Yunus:58).

Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Hadits itu menerangkan bahwa pada setiap hari senin, Abu Lahab diringankan siksanya di Neraka dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa saat Rasulullah saw lahir, dia sangat gembira menyambut kelahirannya sampai-sampai dia merasa perlu membebaskan (memerdekakan) budaknya yang bernama Tsuwaibatuh Al-Aslamiyah.

Jika Abu Lahab yang non-muslim dan Al-Qur’an jelas mencelanya, diringankan siksanya lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW, maka bagaimana dengan orang yang beragama Islam yang gembira dengan kelahiran Rasulullah SAW?

HM Cholil Nafis MA
Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il (LBM) PBNU

PERJALANAN ANAK MANUSIA


“ PERJALANAN ANAK MANUSIA “

Gerak dan diam mengandung arti dan makna
Berjalan dan berhenti atas perintah Tuhannya
Dalam meniti hidup ini, Banyaklah duri merintanginya
Akibat tidak sukanya Iblis durjana

Cinta dan kasih pedoman hidupnya
Walau cerca, sumpah serapah menerpa
Tetap melangkah dengan hati tabah
Dengan harapan Damai Sejahtera bagi makhluk semua




“ SANG BINTANG “
Kemerlip Bintang dilangit malam
Pancarkan pesona sinari jiwa
Bertabur cahaya, Bergetar rasa
Gelora hati singkirkan Noktah
Langkah kaki telusuri jalan
Teguh menapak sibak belantara
Segala aral warnai jejak
Tak jadi soal bagi Sang Bintang
Banyak suara harapkan datang
Menanti sabda sebagai pengobat
Bagi jiwa yang gersang

“ ANGAN DOMBA “

Jangan berkata, bila itu penghibur lara
Tindakan nyata, itu yang bijaksana
Karena anak manusia bukan badut boneka
Yang selalu menjadi bahan tertawa

Cahaya pelangi semburat indah di awal pagi
Setiap mata memandang, Menggantungkan angan
Akankah pelangi selalu ada di pagi hari
Yang memberi janji bahagia dihari ini

Cerita janji masa lalu bukanlah bualan
Sudah tersurat dalam kitab pegangan
Para domba riuh cerita kedatangan
Di pelupuk mata si domba mengacuhkan

“ SANG GEMBALA “

Bergetar, Berdebar dan Tersadar
Lamunan panjang Sang Gembala
Saatnya tiba memberi makan domba - domba
Akankah Seruling Gembala menggugah rasa si pencinta

Semilir angin menerpa Sang Gembala
Terbuai, tersadar dan terbangun
Menjelang sore, mentari mulai tenggelam
Meliuk gemulai rimbun pepohonan
Geliat Bumi, sambut Sang Gembala

Cakrawala yang indah kini sedang menangis
Sedu sedan, pilu dan haru, bagai pengemis
Sambut bahagia, Sang Gembala terjaga
Dari kesendirian dan keheningannya

“ ALAM DAN ANAK MANUSIA “

Awan hitam dilangit kelam
Bergerak lamban dalam tangisan
Temali pengikat tak kuasa menahan beban
Berderak, berdetak irama bumi berjalan

Kulintasi Cakrawala bersama angin
Terlihat Gumintang bercahaya resah
Rembulan tersenyum dengan keterbatasannya
Akankah pijar – pijar cahaya singgah dihati
Membekas dan membentuk menjadi puji - puji
Tetapi mereka akan terus dengan janji setianya
Walau manusia tidak menghargai keberadaannya

Kutebar benih – benih cinta ditiap masa
Sebagai janji setia kepada Tuhan yang kupuja
Bekerja keras dengan bergantung kepadaNya
Karena kuakui aku hanyalah seorang hamba
Yang tiada sedikitpun mempunyai daya
Malu rasanya jikalau aku selalu meminta
Bila dalam bekerja aku masih hitungan setengah

Anak manusia kini berduka
Dalam sisi ruang hati terlihat luka
Yang akan menghadirkan senyum yang patah
Berharap nestapa berlalu dari hidupnya
Agar mentari selalu senyum ceria
Dan…Hilangnya derita ditiap mas

RAMBUT GIMBAL

ANAK BERAMBUT GIMBAL

TITISAN KYAI KALADATE

` Di dunia kontemporer, rambut gimbal bisa dianggap tren mode. Gaya rambut pilin ini dapat dibentuk di salon dalam waktu relatif singkat. Biayanya pun cukup mahal. Tak jarang pula yang menilai rambut gimbal sebagai ungkapan rasa seni pemiliknya. Tapi, rambut gimbal bukan merupakan tren mode bagi masyarakat di Dieng, Jawa Tengah. Rambut gimbal dikawasan itu memiliki arti istimewa.Dataran tinggi Dieng memiliki keunikan, yakni sebagian warganya berambut gimbal. Kebanyakan pemilik rambut gimbal itu adalah anak-anak. Mereka tidak pergi ke salon untuk membuat rambutnya gimbal.Anak-anak ini berambut gimbal secara alami.

TITISAN

Anak berambut gimbal di Dieng sering di sebut “anak gembel” atau “anak bajang”. Konon, anak berambut gimbal merupakan titisan seorang tokoh yang sakti mandraguna. Kyai kaladate namanya. Tak heran bila anak berambut gimbal dipercaya memiliki “kelebihan” dibanding anak sebayanya yang berambut normal.

Dahulu, menurut cerita, Kyai Kaladate pernah menjadi kebayan di desa Kalibeber, Kecamatan Mojo Tengah, di Dataran tinggi Dieng. Kyai ini memiliki rambt gimbal sejak lahir hingga ia wafat. Saat menjelang ajal, ia menitipkan kepada anak cucunya agar me-warisi rambut gimbalnya itu. Versi lainnya berkembang di daerah Wadas Lintang. Berda-sarkan cerita ini, Nyi Roro kidul sangat terganggu dengan adanya rambut manusia yang rontok karena disisir, dan lalu dihanyutkan ke laut selatan. Nyi Roro Kidul memerintah-kan abdinya untuk membersihkan dan memungut rambut-rambut itu dari laut. Rambut-rambut itu lalu dititipkan pada anak-anak di daerah pegunungan Dieng. Rambut ini akan diambil kembali jika orang tua si anak memennuhi permintaan Nyi Roro Kidul yang diucapkan melalui anak gembel.

SAKIT

Rambut gimbal pada anak tidak muncul sejak lahir, melainkan setelah anak berumur 40 hari ke atas. Tidak mudah untuk memiliki rambut gimbal. Si anak harus sakit terlebih dahulu sebelum gimbalnya tumbuh.

“Badan saya panas selama tiga hari sebelum rambut saya berumah menjadi gimbal. “imbuh Vika Barorotul Risalati (7 tahun), seorang anak berambut gimbal.

Sebenarnya, tidak semua masyarakat Dieng yang berambut gimbal adalah anak-anak. Kinah (50) bisa menjadi contoh. Rambut Kinah menjadi gimbal tatkala ia sudah menginjak usia kepala empat. Nasiyah, adik Kinah, bercerita perubahan rambut Kinah diawali ketika rencana pernikahan kakaknya batal.“Entah kenapa, sejak itu rambut kakak saya menjadi giimbal,” lanjut warga Desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Wonosobo ini.

Sejumlah anggota masyarakat telah berusaha untuk mencegah anak atau anggota keluar-ganya berambut gimbal. Misalnya dengan mencuci rambut gimbal tiap hari dengan sampo atau merang yang dibakar, mencukur rambut sedini mungkin, dan sebagai-nya. Tapi, usaha ini seringkali tidak berhasil. Cara yang efektif untuk menghentikan pertumbuhan rambut gimbal adalah melalui ruwatan. Tapi, ini ada syaratnya. Si pemilik rambut gimbal harus bersedia dipotong rambutnya. Selain itu, pemilik rambut gimbal juga mengajukan permintaan sesuatu kepada keluarganya. Permintaan ini harus terpe-nuhi. Jika tidak, meskipun rambut gimbal telah dipotong, maka selanjutnya rambut-rambut itu akan tumbuh kembali.

Rambut gimbal di Dieng bukan merupakan budaya kagetan. Masyarakat Dieng tidak latah mengikuti gaya rambut yang lazim disebut dreadlocks ini. Alhasil, adat memelihara rambut gimbal di Dieng merupakan ungkapan spiritualitas tradisional.

Muhammad Lutfi
Semester VI Fak. Dakwah & Komunikasi

UNSIQ Wonosobo

Sumber cerita :

wawancara langsung dengan mbah Mualim, desa sikunang, Dieng, www.acumenfund.org. dan dari artikel-artikel lain

RAMBUT GIMBAL